AUTHOR POV
“Ada dimana aku? Kenapa semuanya putih?” tanya Safia. Dia tidak tahu dimana ia berada, karena sekelilingnya penuh dengan warna putih.
“Halooo!” teriaknya.
“Apa ada orang disini?!” teriaknya lagi untuk memastikan apakah ada orang ditempat itu.
“Hah, ga mungkin ada orang lain disini kan selain aku?” gumamnya.
“Apa mungkin aku sudah meninggal?” tanyanya.
“Ah iya, tadi kan aku menyayat tanganku sendiri,” lanjutnya dan melihat pergelangan tangannya yang tadi ia sayat, namun tidak ada bekas luka disana. Kemudian Safia duduk dan meluruskan kakinya, dan tangannya bersender ke belakang.
“Tenang sekali disini,” katanya. Namun tiba-tiba ada sesosok makhluk berwarna hitam muncul dihapadannya. Safia pun langsung berdiri dan berjalan mundur untuk menjaga jarak dari sosok makhluk itu.
“Siapa kamu?” tanyanya dengan nada berani, padahal sebenarnya ia dalam ketakutan yang sangat besar, namun Safia memilih untuk menyembunyikan ketakutannya itu agar makhluk itu tidak mengetahuinya kalau ia sedang ketakutan.
“Sebuah kehormatan besar bagiku untuk bisa berbicara denganmu, Putri," katanya sambil memundurkan salah satu kakinya dan membungkuk dengan kedua tangannya memegang roknya, seolah-olah seperti sedang memberikan hormat kepada Safia.
“Saya adalah makhluk kegelapan hati, makhluk yang berhasil merasuki tubuhmu Yang Mulia Putri, hahahaha,” katanya sambil tertawa keras. Tawanya itu sangatlah nyaring dan keras, sampai-sampai Safia menutup telinganya karena kesakitan akibat mendengar suara tawa makhluk itu.
“Putri Calantha Céleste Aimée, aku menginginkan kamu untuk mati!” kata makhluk itu sambil mendongakkan kepalanya dan berdiri tegak kemudian perlahan berjalan maju menuju Safia.
“Hah? Kamu bilang apa tadi? Putri Calantha Céleste Aimée? Siapa dia? Kalau dia orang yang kamu cari, berarti kamu salah orang, dan menjauhlah dariku,” sahut Safia sambil berjalan mundur menjauhi makhluk itu.
“Tidak, aku tidak salah orang, Putri Calantha Céleste Aimée itu adalah kamu, putri semata wayang Cyrille sialan itu,” kata makhluk itu dengan nada kesal. Safia bertanya-tanya didalam hatinya, siapa Putri Calantha Céleste Aimée dan siapa Cyrille itu?
Safia masih tidak mengerti apa yang dikatakannya itu, ia mencoba untuk mencerna setiap perkataannya, tetapi yang ia temukan hanyalah jalan buntu.
‘Aku masih ga ngerti apa yang dia omongin, kalau aku putri yang dia maksud, lalu siapa Cyrille itu? Nama ayah kan bukan Cyrille, lagipula apa-apaan nama Putri itu, kedengarannya kayak nama orang Prancis, tapi ada Yunani juga, aneh, dan agak aneh juga penyebutannya, hemm, kalangta selest eme? Tadi dia nyebutnya begitu kan? Apa bukan? Tapi, sepertinya makna dari nama itu dalem banget, apa ya kira-kira arti nama itu?’ pikir Safia.
Saat ia hanyut dalam pikirannya, makhluk kegelapan hati itu mengikat kaki, tangan, dan lehernya Safia dengan bayangannya. Safia benar-benar tidak bisa bergerak.
“Ahkhh,” erang Safia, ia kesulitan bernafas karena lehernya diikat oleh bayangan makhluk itu.
“Putri yang malang, Hahaha,” kata makhluk itu. Kemudian keluarlah sebuah tali yang terbuat dari bayangan makhluk itu, dan itu terlihat seperti sebuah cambuk.
“Putri Calantha, sebenarnya kamu masih hidup di dunia manusia, tapi ga lama lagi setelah aku menghabisimu disini, dan kamu akan mati di dunia manusia itu, Hahahaha,” kata makhluk itu.
Safia tidak bisa berbuat banyak, makhluk itu benar-benar ingin membunuhnya.
“Mungkin ini adalah akhir dari ceritaku,” kata Safia dalam hati, ia benar-benar putus asa dengan keadaannya.
“Nah Putri, apakah kamu punya pesan terakhir untuk aku sampaikan pada papa mu? Raja Cyrille sialan itu?” tanya makhluk itu. Safia terdiam, ia tak bisa mengatakan sepatah kata sama sekali, jangankan mengeluarkan suara, untuk bernafas saja sulit sekali rasanya.
Tanpa basa-basi, makhluk itu mulai menyiksa Safia, ikatan bayangannya itu menggores kulit Safia hingga mengeluarkan darah.
“Sebelum aku menghabisimu, akan ku buat kamu tersiksa dahulu, Hahaha,” kata makhluk itu, lalu ia mencambuk Safia dengan bayangannya itu, cambukan itu meninggalkan luka yang sangat dalam di tubuh Safia, dan darahpun mengucur di segala sisi tubuhnya akibat ikatan dan cambuk bayangan itu.
“AHHKKHHH,” teriak Safia saat cambukan pertama mengenai dadanya. Cambukan kedua mengenai lengan kirinya. Cambukan ketiga mengenai paha kanannya. Cambukan keempat mengenai mukanya. Dan cambukan kelima mengenai pinggangnya.
Safia tak bisa berbuat apa-apa, yang ia lakukan hanyalah berteriak dan menangis kesakitan.
Setelah makhluk itu puas, ia berhenti mencambuk Safia, tubuh Safia penuh dengan darah, seperti bermandikan darah.
“Apa kamu sudah menerima takdir kematian mu, Putri?” tanya mahkluk itu.
“Apa tujuanmu sebenarnya makhluk jelek!” ejek Safia.
‘Hahaha, sepertinya aku sudah gila dengan cambukan dari makhluk itu, sampai-sampai aku mengejeknya,’ pikir Safia.
“Apa katamu!?” teriak makhluk itu, Safia terdiam dengan muka terkejut.
“Kamu memang benar, Putri Calantha, aku memang makhluk yang jelek,” kata makhluk itu sambil berjalan memutari Safia yang sedang terikat oleh bayangan dari makhluk itu.
“Tujuanku sebenarnya ada mengambil wujud manusia yang aku kehendaki, karena aku sendiri tidak mau wujud seperti ini!” teriak makhluk itu, ia pun menunjukkan kepada Safia wujud setiap orang yang telah ia ambil.
“Jadi, kamu mau mengambil wujudku?” tanya Safia.
“Kamu benar Putri, sangat kebetulan sekali aku bisa bertemu denganmu disini, atau mungkinkah ini adalah takdir?” sahut makhluk itu.
“Kau tahu, bagaimana aku bisa mengambil raga mereka?” tanya makhluk itu sambil menunjukan wujud tubuh manusia yang telah ia rampas.
“Itu karena hati mereka sudah kotor, dan dengan hati yang seperti itu, aku dengan leluasa bisa memasuki jiwa mereka, dan membunuhnya di dimensi alam bawah sadar,” lanjutnya.
“Dan apa kau tahu, Putri? Mereka yang memiliki hati yang kotor itu, adalah orang yang sudah putus asa akan kehidupan mereka sendiri, merasa tak bisa menjalankan hidup lagi, mereka yang mendapatkan suatu perlakuan yang sehingga timbullah dendam di hati mereka, mereka yang sudah tak memiliki cinta di hati mereka, mereka yang tak percaya akan tuhan, dan mereka yang memiliki kebencian, iri hati, dan dengki di hati mereka, sama seperti kamu Putri Calantha, kamu membenci teman masa kecilmu, dan kamu mengatakan hal itu bukan?” ucap makhluk itu.
‘Dia memang benar, aku membenci Raen, dan aku mengatakannya, tetapi, aku tidak benar-benar membencinya, itu karena aku kecewa dengan dirinya yang sudah berubah sangat banyak’ pikir Safia.
“Dengan mengambil wujudmu, aku bisa menghancurkan segalanya yang telah membuatku menderita!” lanjut makhluk itu.
“Aku akan membunuhmu disini, lalu kemudian aku akan meminum semua darah mu yang bisa meningkatkan kekuatan setiap iblis yang meminumnya, aku akan meminum darahmu sampai habis, HAHAHAHA,” kata makhluk itu.
“Lalu, setelah jiwamu meninggalkan ragamu, aku akan menggantikan jiwamu dalam mengisi kekosongan ragamu, dan akhirnya ragamu sepenuhnya menjadi milikku,” jelas makhluk itu.
“Lalu bagaimana jika aku tidak ingin memberinya kepadamu?” tanya Safia.
“Aku tidak perduli, mau kamu ingin atau tidak, yang jelas aku akan membunuhmu disini dan mengambil ragamu,” sahut makhluk itu.
“Memangnya kamu bisa melakukannya?” tanya Safia, ia sedikit memprovokasi makhluk itu supaya ia terjatuh kedalam amarahnya sendiri, dan ketika itu terjadi, semua celah akan terbuka lebar, dan ia bisa melarikan diri dari bayangan makhluk yang mengikatnya, tidak seperti saat ia mencambuk Safia, semua cambukannya tepat sasaran dari perkiraan makhluk itu, dan mengapa Safia masih hidup setelah dicambuki oleh makhluk itu, karena makhluk itu tidak ingin Safia mati lebih cepat hanya karena sebuah cambukan.
“Hahaha, pintar sekali kamu Putri, kamu persis mirip dengan papamu, tetapi, kamu tidak akan bisa memprovokasi diriku, aku sangat dalam keadaan yang sangat sadar akan setiap tindakan ku, jadi, perkataanmu tidak akan bisa menggoyahkan diriku,” kata makhluk itu, Safia terkejut dan tidak tahu lagi harus berbuat apa.
“Nah, sekarang adalah waktunya, dimana aku akan membunuhmu disini, Putri Raja Iblis Cyrille dan Malaikat Bunga Anggrek Bulan,” kata makhluk itu, dan ia mengeluarkan senjata pamungkasnya, Pedang Pembelah Gunung, ia mengeluarkannya karena untuk berjaga-jaga, karena yang ia lawan saat ini adalah keturunan 2 kaum yang berbeda, dan bahkan sangat berbahaya. Pedang itu bisa membelah sebuah gunung menjadi 2, banyak dari kaum iblis mengincar pedang itu, dan hanya makhluk ini yang memiliki pedang itu. Ia merupakan salah satu iblis tingkat atas 3.
“Mama,” gumam Safia.
“Kamu bilang apa tadi?” tanya makhluk itu, Safia hanya terdiam.
“Apa yang aku katakan sebelumnya, ‘Mama?’ kenapa aku mengucapkan kata itu?” pikir Safia.
Dengan segera, makhluk itu mengayunkan pedangnya ke arah Safia. Safia menggerakkan tangan kanannya dan menahan pedang itu dengan 1 jari, jari telunjuk.
“Apa? Ini ga mungkin!?” kata makhluk itu, dan ia mencoba dengan seluruh kekuatannya untuk mendorong pedangnya itu ke Safia, namun, saat ia berusaha mendorong pedangnya, itu patah menjadi berkeping-keping dan berubah menjadi abu dan terbang menyatu dengan tubuh Safia.
“Apa? Apa-apaan ini? Kenapa pedang pembelah gunung itu patah berkeping-keping dan berubah menjadi abu, dan, dan, abu itu, menyatu dengan tubuhnya!?” kata makhluk itu dengan ekspresi terkejut.
Safia mulai bergerak maju ke depan, namun tali dari bayangan makhluk itu masih mengikatnya. Ia tampaknya agak kesulitan dalam melepaskan diri dari tali itu. Dan saat ia menatap tali itu, tali itu berubah menjadi abu dan pergi entah kemana.
Makhluk kegelapan hati yang melihat hal itu langsung menjadi seorang penakut, ia berjalan mundur menjauhi Safia.
“Hawa apa ini? Aku belum pernah merasakan hawa yang sangat mengerikan seperti ini, bahkan Cyrille sialan itu tidak memiliki hawa seperti ini. Ini, ini, adalah, hawa seorang pembunuh yang haus akan membunuh,” gumam makhluk itu, kemudian ia berencana untuk melarikan diri dari dimensi alam bawah sadar Safia. Namun, saat ia ingin melarikan diri, dirinya diikat oleh bayangannya sendiri, ia terkejut, dan kemudian melepaskan diri dari bayangannya.
“Bagaimana bisa, bayanganku sendiri mengikat diriku!?” pikirnya sambil melepaskan diri.
To Be Continued...
Please Leave Your Comment
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda disini untuk membantu Ailee Chan dalam meningkatkan kualitas cerpen dan blog (◍•ᴗ•◍)