My Dearest

Untuk satu nama yang tidak bisa kusebutkan dalam tulisan ini, untuk nama yang selalu ku sebut dalam doa, dan untuk nama yang selalu aku rindukan di setiap saat. Aku merindukan mu, aku ingin bertemu dengan mu kembali, aku ingin kita berbincang seperti dulu lagi, aku ingin kita tertawa seperti dulu lagi, aku ingin masa-masa itu kembali lagi, tapi aku sadari, hal itu tidak akan mungkin terjadi, karena apa, karena aku telah berbuat jahat kepadamu, aku telah meninggalkan mu tanpa kata, tanpa suara, dan tanpa penjelasan, maafkan aku, maafkan diriku ini. Kamu tahu, aku selalu merindukanmu disini, entah bagaimanapun itu keadaan ku, memang pertemuan kita bisa dibilang sangat singkat, belum genap 2 bulan. Aku pernah berkata kepadamu bahwa aku tidak bisa dekat dengan lelaki lebih dari 2 bulan, kalau lebih dari itu berarti aku tidak menaruh hati kepadanya, mungkin bisa dibilang belum, tapi kepadamu, aku telah menaruh hati ku kepadamu, namamu sudah terukir sangat dalam di hati ku. Kamu tahu, di...

JINGGA

Cover Jingga


Kita pernah menjadi satu alunan nada yang indah. Tetapi, benang kehidupan kita yang sudah mengikat satu sama lain harus berpisah, menjauhi satu sama lain, kini, kita terpisah oleh jarak dan waktu bahkan dimensi. Dunia memang tidak adil, aku yang masih berada di alam fana dipaksa untuk melepaskanmu pergi menuju alam baka, hati yang sedang bersemi ini dipaksa untuk gugur kembali. 
 
Satu hari, satu minggu, satu bulan, bahkan sampai satu tahun setelah kepergianmu dan aku telah lulus sekolah, aku masih belum bisa melepas kepergianmu. Kau selalu muncul dalam pikiranku. Reno, teman baikmu, menyuruhku untuk menulis surat untukmu. Pada awalnya aku tak paham apa yang ia maksud sebenarnya, namun kemudian aku paham. Lalu aku menulis surat untukmu, Jingga.

Dear Jingga,
Sampai sekarang aku masih menyayangimu, walaupun ragamu sudah tak disini lagi. Aku harap kamu baik-baik saja disana. Sudah 1 tahun sejak kepergianmu, namun aku masih saja menangisimu, maafkan aku yang cengeng ini, Ngga. 
Aku masih sangat menyayangimu, Ngga. Aku merindukan sosokmu disampingku, sosok yang selalu menjadi penyemangat disaat kepercayaan diriku tiada, sosok penghibur dikala aku sedih, dan sosok yang mampu membuatku mengenal lebih banyak emosi. 
Aku merindukanmu Jingga, walaupun kita sudah tak bisa bersama lagi. Banyak hal yang ingin aku lakukan bersamamu dan banyak hal yang masih belum kuceritakan kepadamu, namun tuhan berkata lain, tuhan sayang kepadamu, Ngga. 
Kamu tahu Ngga? Aku sempat putus asa atas kepergianmu, aku tak tahu harus kemana, aku benar-benar hilang arah. Tapi aku tahu, aku tetap harus melanjutkan hidupku, tanpa adanya dirimu. 
Aku merindukanmu Jingga. Kebersamaan kita, suka duka yang kita lalui selama 3 tahun, masih menyisakan rasa sakit di dada atas kepergianmu. Kejadian itu berlalu begitu cepat. Aku yang mengetahuinya pun langsung shock. Kau mengantarkan ku pulang, dan kamu berpamitan padaku untuk kembali kerumahmu, lalu saat itulah kamu pergi untuk selama-lamanya. 

Jingga, sekarang aku sudah masuk perguruan tinggi, aku harus melanjutkan mimpiku yang juga mimpimu, walaupun kini hanya diriku saja tanpa adanya dirimu disampingku untuk meraih cita-cita bersama. 
Jingga, aku merindukanmu, saat-saat kita bersama. Kau ingat, disaat pertama kali kita bertemu, itu adalah pertemuan yang sangat-sangat manis, walaupun aku harus terluka dahulu. Saat upacara peneriman murid baru, terjadi kegaduhan, aku terjatuh dan pingsan, disitulah awal pertemuan kita. Kau membawaku ke ruang UKS dan merawatku sampai aku sadar. Lalu kita melakukan pembicaraan yang ringan dan berakhir dengan bertukar nomor telfon. Sesampai rumah kau menelfonku, kau membicarakan banyak hal denganku. Di sekolah, kau selalu bermain di kelas ku, padahal jarak kelas mu dan kelas ku sangatlah jauh, tapi kamu masih tetap ingin menghampiriku. 
Seiring berjalannya waktu, tumbuhlah rasa di hatiku dan di hatimu, lalu pada saat pulang sekolah di hari Selasa, kamu menyatakan perasaanmu padaku, dan aku pun menerima perasaanmu, karena aku juga memiliki perasaan yang sama dengan dirimu, Ngga. Lalu saat masuk SMA, kau memilih sekolah yang sama denganku dan jurusan yang sama, dengan alasan agar bisa terus bersama dengan diriku. Kau melakukan banyak hal yang mampu membuatku kagum. 

Jingga, apa kamu tahu? Masa SMA adalah masa-masa yang indah bagi remaja, karena pada masa SMA itu hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Dan aku beruntung memilikimu dan berjalan bersamamu pada masa itu, walaupun kini kita harus berpisah dengan cara seperti ini.
Jingga, aku merindukanmu, walau aku terus mengatakan ‘aku rindu padamu’ di surat ini, itu tidaklah cukup memuaskan rindu yang ada di hatiku. 

Jingga, kau adalah lelaki pertama yang mampu masuk ke dalam kehidupanku, pada awalnya aku berharap kau adalah lelaki yang pertama dan terakhir, namun rencana tuhan berkata lain, Ngga. Kau tahu mengapa? Karena hanya kamu yang mampu mengerti akan sikap dan kelakuanku, hanya kamu yang sabar menghadapi diriku, hanya kamu yang bisa membimbingku, dan hanya kamu yang aku cinta, Ngga.
Jingga, aku merindukanmu. Walaupun kau tidak berada disisi ku lagi, tapi akan selalu ada tempat istimewa untukmu di hatiku. 

I love you Jingga, for now till end, I’ve never cry again, I’ll always smile for you. My love only for you, forever.

Love,
Kiara

Surat itu aku masukkan kedalam kotak yang pernah kau berikan padaku di hari ulang tahunku, dan aku 
simpan baik-baik didalam lemari.

1 tahun kemudian...


“Sayang kamu sedang apa?” tanya Reno dengan suara yang penuh kelembutan,

“Aku sedang merapihkan lemari, beres-beres sayang, bantuin aku yu,” pintaku, dan Reno dengan senang hati membantu ku. 

“Ini kotak apa sayang, cantik banget,” kata Reno sambil memegang sebuah kotak, awalnya aku bingung kotak apa itu, lalu ku buka, dan didalamnya ada sebuat surat, dan aku baru teringat, itu adalah surat yang aku tulis 5 tahun yang lalu. Lalu aku membaca surat itu, dan teringat kembali akan kisah ku dengan dirimu, Jingga. Kemudian aku duduk di meja kerja ku dan mengambil selembar kertas dan sebuah pulpen.

“Kamu mau nulis surat lagi untuk dia sayang?” tanya Reno sambil memeluk erat tubuhku,

“Iya sayang, aku harus menulis surat kepadanya tentang kita yang sekarang ini,” jawab ku yang membalas peluk hangatnya itu. 



Dear Jingga,
Jingga, ini aku, Kiara. Jingga, aku harap dirimu disana baik-baik saja. Maafkan aku yang jarang menengoki dirimu, yang jarang menulis surat untukmu, semenjak aku masuk universitas, aku disibukkan oleh beberapa matkul, les, kegiatan organisasi, dan kegiatan kemanusiaan. 
Sudah 5 tahun berlalu tanpa dirimu Jingga, aku selalu memikirkanmu disetiap malam, aku ingin sekali bertemu denganmu sekali lagi walau didalam mimpi, namun, kau tak kunjung datang ke mimpi ku. Aku selalu berdoa kepada tuhan, aku meminta kepada tuhan untuk dihadirkan kembali dirimu, sosok penghibur yang mampu membuatku ceria dan tersenyum kembali, karena selama aku kuliah tidak ada hal yang menarik bagi diriku. Saat itu, fokus hidupku hanya untuk meraih cita-cita yang pernah kita impikan satu sama lain. 
Orangtua ku sempat menyuruh diriku untuk mencari penggantimu saat itu, namun aku tidak bisa, terlalu sakit bagi hatiku untuk menerima orang lain selain dirimu. 

Hari demi hari berlalu, tak sehari pun terlewat tanpa memikirkanmu dan berharap kamu kembali padaku, sampai aku lulus kuliah dan menyandang gelar sarjana, dan aku mulai bekerja disebuah rumah sakit negeri. Saat itu, aku berfikir aku akan bahagia karena cita-cita ku telah tercapai, namun tidak, masih ada yang kurang di hatiku, yaitu kamu, Jingga. 

Kemudian, sebuah keajaiban datang menghampiriku, tuhan telah menjawab semua doa ku, doa yang selalu ku panjatkan, doa yang selalu ku ucap, dan doa yang selalu kunantikan kapan terkabulnya. Dia datang, seseorang yang mampu membuatku ceria dan tersenyum kembali, dia telah datang. Reno, teman baikmu, ia datang dikirim oleh tuhan sebagai penghibur ku. Aku tak tahu mengapa harus Reno, tapi aku bahagia, karena ia didatangkan oleh tuhan kepadaku untuk menghapus segala rasa sedihku. 

Tapi, Reno tak hanya menjadi sosok penghibur saja, sekarang ia menjadi sosok imam yang mampu membawa ku ke arah yang lebih baik sekaligus sosok pendamping sejati sehidup semati. 

‘Terimakasih Reno’, itulah yang aku katakan padanya saat upacara pernikahan kita. 

Jingga, sebentar lagi aku akan melahirkan seorang anak, dan dokter mengatakan kalau jenis kelaminnya itu laki-laki. Kan ku namakan anak ku itu seperti namamu, Jingga. Reno pun setuju dengan keputusanku. Aku berharap, agar anak ini bisa setampan, sebaik, dan seceria kamu, Jingga.
Jingga, aku harap kamu dapat berbahagia dengan pernikahan kami, aku harap juga kamu merestui pernikahan kami, dan doakan aku juga agar persalinan ku lancar, aku dan Reno menyayangimu, Jingga.

Aku sudah bahagia, jadi, tenanglah di alam sana, Jingga.

Love,
Kiara & Reno

Lalu surat itu aku masukkan kedalam kotak, dan kemudian kami menengoki makammu, Jingga. Lalu aku taruh kotak dan sebuket bunga mawar merah, sebagai tanda kalau kami sangat menyayangimu diatas makam mu. 

...

Ketika Kiara dan Reno sudah pergi, ada seseorang yang mendekati makam itu, dan mengambil buket bunga itu dan kotaknya, lalu ia membuka kotak itu dan menemukan sebuah surat, kemudian ia membacanya.

“Maafkan aku Kiara, maafkan aku, karena ketiadaanku membuatmu tersiksa. Aku bahagia kalau kamu bahagia, aku berharap kamu dapat selalu berbahagia, walau tanpa adanya diriku. Kiara, aku ingin berbicara denganmu sekali lagi, aku harap aku mampu melakukan itu, tapi kamu sudah berbahagia dengan Reno. Kamu sekarang cantik sekali ya Kiara, terakhir aku melihatmu 1 minggu yang lalu di RS saat aku keluar dari ruangan dokter, aku melihatmu, kamu begitu cantik, menawan dan bersinar terang seperti matahari, aku sangat senang melihat dirimu yang seperti itu. Maafkan aku Kiara, tapi aku tidak bisa tenang tanpa adanya dirimu. Aku mencintaimu Kiara, dari dulu, sekarang, hingga nanti.”


End



Please Leave Your Comment

Komentar