Untuk satu nama yang tidak bisa kusebutkan dalam tulisan
ini, untuk nama yang selalu ku sebut dalam doa, dan untuk nama yang selalu aku
rindukan di setiap saat. Aku merindukan mu, aku ingin bertemu dengan mu kembali,
aku ingin kita berbincang seperti dulu lagi, aku ingin kita tertawa seperti dulu
lagi, aku ingin masa-masa itu kembali lagi, tapi aku sadari, hal itu tidak akan
mungkin terjadi, karena apa, karena aku telah berbuat jahat kepadamu, aku telah
meninggalkan mu tanpa kata, tanpa suara, dan tanpa penjelasan, maafkan aku, maafkan
diriku ini.
Kamu tahu, aku selalu merindukanmu disini, entah
bagaimanapun itu keadaan ku, memang pertemuan kita bisa dibilang sangat
singkat, belum genap 2 bulan. Aku pernah berkata kepadamu bahwa aku tidak bisa
dekat dengan lelaki lebih dari 2 bulan, kalau lebih dari itu berarti aku tidak
menaruh hati kepadanya, mungkin bisa dibilang belum, tapi kepadamu, aku telah
menaruh hati ku kepadamu, namamu sudah terukir sangat dalam di hati ku.
Kamu tahu, diawal berkenalan denganmu aku menaruh
besar harapan kepadamu, aku berharap semoga ada masa depan bagi “kita” ya kita,
aku dan kamu, tapi aku menghancurkan itu, aku sadar aku telah salah besar dengan
meningggalkan dirimu, bukan karena ada yang lain atau bagaimana, entah kenapa
aku tidak bisa jujur kepada hati ku, aku tidak bisa berterus terang kepadamu,
dan aku tidak bisa mengungkapkan perasaanku kepadamu.
Kamu tahu, setiap kali kamu bercerita mengenai mantan
pacar mu yang seharusnya di tahun ini kalian bertunangan itu membuat hatiku
sangat sakit, dan kamu lebih sering membahas tentang mantanmu, dan bahkan cinta
pertamamu saat kamu SMA, kamu menceritakan tentang dia si “mantan terindah”-mu
itu, dia si “first love”-mu itu, dan bagaimana cinta mu sedang menggebu-gebu
saat itu, dan kamu juga bilang galau dan patah hatimu ada di dia semua, aku menyadari
satu hal, kamu masih mencintainya, meskipun aku berkali-kali bertanya kepadamu
mengenai kemungkinan kalian untuk kembali bersama, dan kamu menjawab bahwa
kalian tidak akan mungkin bersama, karena terhalang tembok yang sangat tinggi.
Kemudian, mantan pacarmu yang seharusnya tahun ini
kalian bertunangan, sakit hati ku mendengar hal itu langsung darimu, aku sadar,
aku tidak akan bisa menang dari masa lalu mu, aku hanyalah orang baru yang
datang ke hidup mu, yang tidak memberikan kontribusi, pengaruh, atau apapun itu
dalam hidupmu, aku hanya datang, dan kemudian pergi seenak diriku, meskipun aku
bertanya kepadamu apakah kamu lebih memilih orang lama atau orang baru, dan kamu
menjawab bahwa kamu lebih memilih orang baru, itu membuat ku sedikit berharap
aku dan kamu bisa menjadi “kita”
Aku tahu, aku ga boleh berharap lebih, tapi maaf, aku
tak bisa untuk tidak berharap lebih kepadamu, aku berharap mungkin kamu adalah
lelaki yang ditakdirkan tuhan untukku, maafkan aku atas harapanku yang terlalu
tinggi dan terlalu jauh, kamu tau kenapa aku berharap lebih kepadamu, ya itu karena
namamu telah terukir begitu dalam di hatiku.
Hari-hariku disaat aku telah meninggalkan mu tanpa sepatah
katapun, aku selalu kepikiran tentang dirimu, kamu sedang apa, kamu dimana, kamu
sudah makan atau belum, kamu sudah tidur atau belum, kamu tenang atau tidak
disaat aku tidak ada.
Entah bagaimana tuhan mengatur semua ini, disaat aku
sedang rindu berat kepadamu tiba-tiba muncul notif di layar hp ku bahwa kamu
baru saja memasang status di Instagram, dan itu membuat hatiku sakit sekali,
kenapa tuhan, kenapa disaat yang tidak tepat seperti ini, kenapa disaat aku
merindukannya harus muncul notif tentang dia, kenapa tuhan.
Hari-hariku terasa sakit sekali jika mengingat harapan
ku padamu, memang aku yang menghancurkan itu, memang aku yang salah, memang aku
yang terlalu egois, kamu tahu kenapa alasan ku berhenti mendekati mu, berhenti
mengirim chat kepadamu, dan berhenti membalas chat mu, itu karena agar aku
tidak berharap terlalu tinggi kepadamu, mungkin orang yang aku mau itu adalah
dirimu, tapi apakah aku adalah orang yang kamu mau? Jawabannya belum tentu iya,
tapi aku berharap jawabannya ialah iya, egois kan? Maka dari itu aku melakukan
hal itu, aku menjauhi mu, aku tidak membalas chat mu. Tapi apakah kamu tahu,
aku menunggu dirimu memberi kabar atau mencari ku atau sekadar basa basi
mengirimi aku sebuat chat, tapi kamu tidak melakukan salah satu diatas, chat
itu abadi berakhir di aku yang tidak membalas bahkan membaca chat itu.
Dari situ aku sadar, aku memang bukan orang yang kamu
mau, mungkin kamu banyak cadangan di luar sana, mungkin banyak wanita yang kamu
incar, dan aku sadar diri, bahwa aku tidak ada apa-apanya dengan wanita yang
kau incar, bahkan dengan masa lalu mu aku tidak ada apa-apanya. Sejak saat itu
aku mulai mengubur dalam-dalam perasaan yang aku punya dan harapan-harapan ku
kepadamu, mungkin memang seperti ini jalannya, cinta ini cinta bertepuk sebelah
tangan, hanya aku yang merasakannya tidak dengan dirimu.
Tapi tuhan, bolehkah aku meminta kamu untukku, ya
untukku seorang, itu tidak dilarang kan? Aku selalu melangitkan doa untuk bisa
bersamamu, itu tidak dilarang kan? Aku selalu merindukanmu, itu juga tidak
dilarang kan? Dan bahkan aku mencintai mu itu juga tidak dilarang kan? Jadi bolehkah
aku melanjutkan itu semua? Walaupun tidak bisa memiliki mu, ada yang
berpendapat cinta tak harus memiliki, tapi, di kehidupan yang hanya sekali ini
bisakah aku meminta dirimu kepada tuhan untuk menjadi imam ku, menjadi suami
ku, untuk menjadi ayah dari anak-anakku, dan menjadi pembimbing di hidup ku ini?
Aku merindukan mu, bahkan sampai saat ini, sampai
detik ini, aku berusaha untuk mengalihkan perasaan ini, aku berusaha untuk
melupakan dirimu, namun ternyata usaha itu sia-sia, pertemuan kita yang sangat
singkat itu ternyata membekas begitu dalam di hati ku.
Berbahagia lah dengan wanita yang kamu pilih untuk
menjadi istrimu kelak, aku senantiasa mendoakan kebahagiaanmu, maafkan
keegoisanku, maafkan kesalahanku, maafkan diriku, aku mencintaimu kemarin, hari
ini, dan selamanya.
Bandung,
11-06-2025
Perempuan
yang mencintai mu
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar anda disini untuk membantu Ailee Chan dalam meningkatkan kualitas cerpen dan blog (◍•ᴗ•◍)